Langsung ke konten utama

tanaman kakao(theobroma cacao)



BAB I



PENDAHULUAN



 



1.      Latar Belakang



            Tanaman
Kakao (Theobroma cacao) merupakan komoditi Perkebunan Primadona, hal ini
tergambar dari banyaknya permintaan bibit Kakao yang bermutu dari
petani/kelompok tani. Hal ini didukung oleh banyak potensi lahan yang cocok
secara ekologis untuk tanaman ini disamping harga yang cukup stabil dan baik
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/masyarakat
pertanian.



Sesuai dengan sifat tumbuhnya tanaman Kakao
memerlukan pelindung maka dapat dikembangkan pada lahan-lahan yang ada tanaman
kelapa, karet, lamtoro sekaligus dalam rangka meningkatkan produktifitas lahan
usaha tani.



Dalam usaha tani Kakao membutuhkan teknik budidaya
yang baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal, juga memperhatikan
kondisi lingkungan dan agroklimat di lokasi pembukaan kebun kakao harus sesuai
dengan kebutuhan tanaman kakao.



            Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis
makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah kakao
yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan aromanya
seperti yang terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah
difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk. Cokelat dalam bentuk
bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk
makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lain–lain. Buah cokelat
yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan ternak. Kakao
merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting
bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong
pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan
kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900
ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga



sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar
US $ 701 juta.
     Perkebunan kakao di
Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan
pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan
kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0%
dikelola perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis
tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan
sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
 Sulawesi Tengah. Disamping itu juga diusahakan
jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
                                                                        Dari segi kualitas,
kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao
 dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan
baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana dan
kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok
bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar
kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan
kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu
pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.
                   Meskipun demikian, agribisnis
kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain
produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao
(PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan
produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para
investor untuk mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar
dari agribisnis kakao.



 



2.      Tujuan



Tujuan praktikum dari budidaya
tanaman perkebunan adalah untuk melihat berapa presentase pertumbuhan kecambah
pada tanaman kakao (Theobroma cacao).



BAB II



TINJAUAN LITERATUR



 



1.     
Klasifikasi
tanaman kakao (Theobroma cacao)



 Tanaman
kakao  (Theobroma cacao) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:



Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Ordo: Malvales

Famili: Malvaceae (Sterculiaceae)

Genus: Theobroma

Spesies: Theobroma cacao



2.  Morfologi Kakao



a. Batang dan
Cabang



Habitat asli tanaman kakao adalah hutan
tropis dengan naungan pohon-pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu
sepanjang tahun relatif sama, serta kelembapan tinggi dan relatif tetap. Dalam
habitat seperti itu, tanaman kakao akan tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya
sedikit.Jika dibudidayakan dikebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8
– 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7,0 meter (Hall, 1932).
Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta
faktor-faktor tumbuh yang tersedia.



Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya
mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas
disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupan), sedangkan
tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang
kipas atau fan). Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5
meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat
percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagitrop dan khas hanya pada
tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas
ortotrof karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut,
stipula (semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas
daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3 – 6
cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0 – 60o
dengan arah horisontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer (cabang
plagiotrof). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-cabang lateral
(fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun.



Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang
pokok tumbuh wiwilan atau tunas air (chupon). Dalam teknik budi daya yang
benar, tunas air ini selalu dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air
tersebut akan membentuk bantang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai
jorket yang bersusun. Dari tunas plagiotrop biasanya hanya tumbuh tunas-tunas
plagiotrop, tetapi juga kadang-kadang tumbuh tunas ortotrop. Pangkasan berat
pada cabang plagiotrop yang besar ukurannya merangsang tumbuhnya tunas ortotrop
itu. Tunas ortotrop hanya membentuk tunas plagiotrop setelah membentuk jorket.
Tunas ortotrop membentuk tunas ortotrop baru dengan menumbuhkan tunas air.

Saat tumbuhnya jorket tidak berhubungan dengan umur atau tinggi tanaman.
Pemakaian pot besar dilaporkan menunda tumbuhnya jorket, sedangkan pemupukan
dengan 140 ppm N dalam bentuk nitrat mempercepat tumbuhnya jorket. Tanaman
kakao membentuk jorket setelah memiliki ruas batang sebanyak 60 – 70 buah.
Namun batasan tersebut tidak pasti, karena kenyataannya banyak faktor
lingkungan yang berpengaruh dan sukar dikendalikan. Contohnya, kakao yang
ditanam di dalam polibag dan mendapat intensitas cahaya 80% akan membentuk
jorket lebih pendek daripada tanaman yang ditanam di kebun. Selain itu, jarak
antar daun sangat dekat dan ukuran daunnya lebih kecil. Terbatasnya medium
perakaran merupakan penyebab utama gejala tersebut. Sebaliknya, tanaman kakao
yang ditanam di kebun dengan jarak rapat akan membentuk jorket yang tinggi
sebagai efek dari etiolasi (pertumbuhan batang memanjang akibat kekurangan
sinar matahari).



b. Daun



Sama dengan sifat percabangannya, daun
kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang,
yaitu 7,5 – 10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya
sekitar 2,5 cm (Hall, 1932). Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik
halus, bergantung pada tipenya.n Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu
adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai
daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk
menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.Bentuk helai daun bulat
memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun
runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke
permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat
seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya.
Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daun licin dan
mengilap. Pertumbuhan daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak tetapi
berkala. Masa tumbuhnya tunas-tunas baru itu dinamakan pertunasan atau
flushing. Pada saat itu setiap tunas membentuk 3 – 6 lembar daun baru
sekaligus. Setelah masa tunas tersebut selesai, kuncup – kuncup daun itu
kembali dorman (istirahat) selama periode tertentu. Kuncup-kuncup akan bertunas
lagi oleh rangsangan faktor lingkungan. Ujung kuncup daun yang dorman tertutup
oleh sisik (scales). Jika kelak bertunas lagi sisik tersebut rontok
meninggalkan bekas (scars) atau lampang yang berdekatan satu sama lain dan
disebut dengan cincin lampang (ring scars). Dengan menghitung banyaknya cincin
lampang pada suatu cabang, dapat diketahui jumlah pertunasan yang telah terjadi
pada cabang yang bersangkutan. Intensitas cahaya memengaruhi ketebalan daun
serta kandungan klorofil. Daun yang berada di bawah naungan berukuran lebih
lebar dan warnanya lebih hijau daripada daun yang mendapat cahaya penuh (Wood
& Lass, 1985).



c. Akar



Kakao adalah tanaman dengan surface root
feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat
permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0 – 30 cm. Menurut Himme
(cit. Smyth, 1960), 56% akar lateral tumbuh pada jeluk 11 – 20 cm, 14% pada
jeluk 21 – 30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada jeluk di atas 30 cm dari permukaan
tanah. Jangkauan jelajah akar lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk.
Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet (intricate).



d. Bunga



Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya
bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang.
Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau
biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion).Bunga kakao mempunyai rumus
K5C5A5+5G(5). Artinya, bunga disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama
lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan
masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang
fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau
kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna
bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5
cm). Daun mahkota panjangnya 6 – 8 mm, terdiri dari dua bagian. Bagian pangkal berbentuk
seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian
ujung berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih.



e. Buah dan Biji



Warna buah kakao sangat beragam, tetapi
pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buha yang ketika muda berwarna hijau
atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu,
buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange). Kulit
buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada
tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buah tebal tetapi
lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan kulit
buah pada umumnya halus (rata); kulitnya tipis, tetapi keras dan liat.



Buah akan masak setelah berumur enam
bulan. Pada saat itu ukurannya beragam, dari panjang 10 hingga 30 cm,
bergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan selama perkembangan buah.
Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam,
yaitu 20 – 50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji
disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel
pada poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan
ungu untuk tipe forastero.



Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa)
yang berwarna putih, rasanya asam manis dan diduga mengandung zat penghambat
perkecambahan. Di sebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang
membungkus dua kotiledon dan poros embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman.
Meskipun daging buahnya mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi
kadang-kadang biji berkecambah di dalam buah yang terlambat dipanen karena
daging buahnya telah kering. Pada saat berkecambah, hipokotil memanjang dan
mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini
disebut fase serdadu. Fase kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti
dengan memanjangnya epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat
daun tersebut sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat
pendek sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya
berlangsung secara periodik dengan interval waktu tertentu.                                                                 



 Kakao
(Theobroma cacao) merupakan tumbuhan
berwujud pohon
yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini
dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.Kakao
merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat
mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya
dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang
meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.



Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae
lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil
(diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah
bunga muncul dari satu titik tunas. Bunga kakao tumbuh dari batang.



Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga
(terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid,
dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari. Bunga
siap diserbuki
dalam jangka waktu beberapa hari. Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk
silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan).
Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri
dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi. Buah
tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya,
dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah
dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah
berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar
buah biasanya berwarna kuning. Biji terangkai pada plasenta
yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji
(aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian
disebut pulp. Endospermia biji
mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen,
pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar
matahari. Nitrogen (Latin
nitrum, Bahasa Yunani Nitron berarti "soda
asli", "gen", "pembentukan") secara resmi ditemukan
oleh Daniel Rutherford pada
1772, yang menyebutnya udara beracun atau udara tetap.
Pengetahuan bahwa terdapat pecahan udara yang tidak membantu dalam pembakaran
telah diketahui oleh ahli kimia sejak akhir
abad ke-18 lagi.



3. Nitrogen



Nitrogen juga dikaji pada masa yang lebih
kurang sama oleh Carl Wilhelm Scheele, Henry Cavendish, dan Joseph
Priestley
, yang menyebutnya sebagai udara terbakar atau udara
telah flogistat
. Gas nitrogen adalah cukup lemas sehingga dinamakan oleh Antoine
Lavoisier
sebagai azote,"tak bernyawa". Istilah
tersebut telah menjadi nama kepada nitrogen dalam perkataan Perancis
dan kemudiannya berkembang ke bahasa-bahasa lain.



Unsur N adalah merupakan unsur yang cepat kelihatan pengaruhnya terhadap



tanaman. Peran utama unsur ini adalah :



- Merangsang pertumbuhan vegetatif (batang dan daun).



- Meningkatkan jumlah anakan



- Meningkatkan jumlah bulir/ rumpun



Kurang unsur N menyebabkan:



- Pertumbuhannya kerdil



- Daun tampak kekuning-kuningan



- Sistem perakaran terbatas



Kelebihan unsur N menyebabkan tanaman:



- Pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen)



- Mudah rebah



- Menurunkan kualitas bulir.



- Respon terhadap serangan hama/ penyakit.



Pemupukan dilakukan secara manual dengan sebar
atau hambur merata pada areal tanaman.



 



Produk Bio teknologi
berdasarkan konsep  mikrobiologi tanah yang diolah melalui proses fermentasi
dengan menggunakan kultur mikroba.



·     Mengandung  unsur makro ( N, P, K, Ca,
dan S ) dan unsur mikro (Na, Fe, B, Mn, dll) yang lengkap.



·     Memiliki bahan Organik yang cukup memadai
dan mampu menciptakan pergerakan unsur hara dalam tanah dengan sistem
Penyerapan unsur hara oleh tanah ( biodynamic concept).



·  
Bersifat organik murni atau alami yang memiliki kandungan berbagai macam jenis
Mikroba menguntungkan, seperti : (fotosyntetic bacteria lactobacillus,
actinomycetes sp).



 ·   Mampu menciptakan proses
penguraian saat perpaduan antara unsur organik dan mikroba yang akan mendorong
pembentukan unsur humus dan Peningkatan kapasitas tukar kation (KTK).



·  
Menghasilkan sejumlah hormon dan anti biotik dan Viltamin yang mampu
meningkatkan ketahana akar dari berbagai serangan patogen.



·     Meningkatkan dan Memelihara Kesuburan
Tanah (Sifat Kimia Tanah)



·     Memperbaiki Struktur Tanah dan Mengurangi
Erosi (Sifat Fisik Tanah)



·     Mengaktifkan serta Meningkatkan Daur biologis
dalam sistem Pertanian, karena melibatkan mikroarganisme tanah yang dalam
jangka panjang akan meningkatkan ketersediaan unsur  terutama unsur N, P, K (Sifat Biologi Tanah).



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



BAB III



BAHAN DAN METODE



1.      Alat Dan Bahan



    1. Alat-Alat
      praktikum


Alat-alat yang digunakan antara lain:











-        
Cangkul



-        
Sekop



-        
Meteran



-        
Timbangan



-        
Ember



-        
Gembor



-        
Parang



-        
Polybag



-        
Alat
tulis








    1. Bahan Praktikum




-        
Urea



-        
Fungisida



2.      Tempat Dan Waktu Percobaan



Praktikum dilaksanakan dilahan praktikum
Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ) di Jl. Perdana, pada saat jam matakuliah
praktikum berlangsung.



3.      Metode percobaan



Dalam
pembibitan yang pertama yang harus disiapkan adalah penyiapan lahan dalam
praktikum ini adalah dengan pembuatan bedengan dalam grean huose dan pengadaan
bibit. Setelah bibit dan bedengan selesai dibuat selanjutnya yang akan
dilakukan adalah penyemaian bibit kakao yang telah direndam beberapa saat
dengan menggunakan air yang sudah dicampur dengan fungisida dengan harapan
supaya jamur tidak meyerang biji kakao tersebut. Setelah biji kakao tersebut
dengan tumbuh dihitung jumlah bibit yang tumbuh yaitu dengan selang waktu satu
minggu dan dihitung presentase biji yang tumbuh. Setelah biji kopi dengan baik
langkah yang akan dilakukan selanjutnya adala pemindahan bibit kopi tersebut
kedalam polybag baby. Setelah tanaman dipindahkan setiap dua minggu sekali dilihat
petumbuhannya seta pemberian pupuk urea dan penyemprotan dengan fungisida agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik serta tidak diserang jamur.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN



1.      HASIL



Data perkecambahan tanaman
kakao 2 minggu setelah tanam yaitu:



Presentase perkecambahan kakao =14 x 100 %



                                                         30



                                                       = 46%



Jadi presentase pertumbuhan
tanaman kakao pada minggu kedua setelah tanam yaitu 46 %.



Data pada tanggal 28 April
2009 yaitu pemindahan bibit kakao dari tempat penyemaian kedalam polybag baby
dengan jumlah yang tumbuh 17 tanaman. Dengan presentase sebagai berikut:



                                          Kakao
= 17 x 100%



                                                         30



                                                      = 56,66 %



Jadi presentase pertumbuhan
tanaman kakao pada minggu tanggal 28 April 2009 yaitu 56 %.



Data presentase pertumbuhan
tanaman kakao pada tanggal 23 juni 2009 yaitu sebagai berikut:



                                          Kakao
= 5 x 100%



                                                        30



                                                      = 16, 66 %



Jadi presentase pertumbuhan
tanaman kakao pada tanggal 23 juni 2009 yaitu 16,66 %.



 



2.      PEMBAHASAN



Kalau kita
lihat dari pertumbuhan tanaman kakao pada saat penyemaian tumbuh dengan baik
walaupun tidak merata. Pada saat pemindahan tanaman kakao dari penyemaian
kedalam polybag baby mengalami peningkatan kalau dilihat dari presentase
pertumbuhan tanaman kakao tersebut. Tetapi setelah dipindahkan kedalam polybag
baby tanaman kakao mengalami penurunan kalau dilihat dari presentase
pertumbuhan tanaman kakao. Hal ini terjadi karena kasalahan pada saat pemupukan
berlangsung, yang seharusnya tanaman kakao dipupuk 0.2 gr/ tanaman pupuk Urea
tapi diberi 2 gr/ tanaman. Maka tanaman mengalami keracunan sehingga meyebabkan
kematian pada tanaman kakao, karena tanaman kakao masih muda dan tidak tahan
terhadap pemupukan yang terlalu berlebihan.



Kalau kita
lihat dari fungsi/ peranan pupuk Urea yang mengandung 46% unsur N, yaitu
sebagai berikut:



1.                 
meransang
pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman dan meransang pertumbuhan
anakan.



2.                 
menambah
tanaman menjadi lebih hijau karena banayak mengandung butir-butir hijau daun
yang penting dalam fotosentesa.



3.                 
merupakan
bahan penyusus klorofil daun, protiena, dan lemak. Tetapi bila terlalu banyak
dapat menyebabkan memperlambat proses pembungaan dan pembuahan.



 Tanaman kakao merupakan komoditi yang
menjanjikan dimasa mendatang, yang benar-benar harus dijaga baik kualitas
maupun kuantitasnya diIndonesia. Untuk itu perlu adanya upaya untuk
meningkatkan mutu dari hasil tanaman kakao karena kalau kita lihat dari
topografi diIndonesia tanaman kakao sangat cocok untuk usaha tanaman ini. Tapi
kebanyakan masyarakat Indonesia yang belum mengetahui komoditas ini. Tapi kalau
kita lihat dari hasil praktikum dilahan perdana pontianak/ lahan praktikum
untuk program studi budidaya tanaman pangan politeknik tonggak equator belum
menunjukan hasil yang optimal ditambah lagi waktu yang digunakan untuk melaksanakan
pengamatan belum begitu optimal. Karena hanya dilaksanakan pada saat melakukan
praktikum yang dilaksanakan dua minggu sekali. Yang seharusnya dilakukan setiap
hari baik itu penyiraman maupun kegiatan lain yang menunjang pertumbuhan
tanaman kakao dengan naik. Pada hal kalau kita lihat syarat Untuk dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik, tanaman kakao menghendaki lahan yang sesuai, yang
mempunyai keadaan iklim dan keadaan tanah tertentu Keadaan iklim yang sesuai
untuk tanaman kakao, antara lain :



-     Curah hujan cukup dan terdistribusi merata, dengan jumah curah



hujan 1500-



2500 mm/th,
dengan bulan kering tidak lebih dari 3 bulan.



-     Suhu rata-rata antara 150- 300C, dengan
suhu optimum 25,50C



-     Fluktuasi suhu harian tidak lebih dari 9 C



-     Tidak ada angin bertiup kencang



Keadaan
tanah yang dikehendaki tanaman kakao antara lain :



-     Solum tanah dalam (>150 cm)



-     Tekstur dan struktur tanah baik, sehingga tanah mempunyai daya



menahan air,
aerasi, dan drainase yang baik



-     pH tanah antara 6 - 7



-     Kandungan bahan organik tidak kurang dari 3%



-     Kandungan unsur hara cukup tinggi



Dengan peninjauan dan survei
langsung di lapangan akan dapat diperoleh data primer maupun data sekunder
mengenai keadaan iklim dan tanah untuk lahan daerah dimaksud.Berdasarkan
data-data keadaan kondisi iklim dan tanah, tingkat  kesesuaian lahan untuk suatu tanaman dapat
dievaluasi dan diklasifikasikan dalam katagori sesuai (S) atau tidak sesuai
(N). Lahan yang sesuai dapat dibedakan menjadi S1 (sesuai), S2 (cukup sesuai),
dan S3 (kurang sesuai). Kalau kita lihat dari syarat tumbuh dengan
membandingkan tanah yang dipakai unutuk penyemaian dan pembibitan tanaman kakao
dilahan perdana tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kakao. Walaupun
tanaman kakao bisa tumbuh tetapi tidak seperti yang ditanam ditempat yang
sesuai dengan itu. Dalam praktikum diperdana kita tidak yau berapa pH tanah
tapi yang jelas pH tanahnya tidak sampai pH 6-7. karena tanaman kakao dapat
tumbuh dengan baik pada pH tersebut. Ditambah lagi iklim yang tidak mendukung
serta pemeliharaan yang kurang optimal.



 



 



 



 



 



 



 



 



BAB V



KESIMPULAN DAN SARAN



1.      KESIMPULAN



      Tanaman
kakao dapat tumbuh dengan baik bila lingkungannya mendukung untuk pertumbuhan
tanaman kakao; seperti iklim, suhu, pH tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman kakao.



Presentase pertumbuhan tanaman kakao
menurun setelah dipindahkan dari tempat penyemaian kedalam polybag.



2.      SARAN



      Saran
dari praktikan supaya dalam membudidayakan tanaman kakao yang harus
diperhatikan dengan baik adalah syarat tumbuhnya. Dengan begitu walaupun tempat
dimana kita mengadakan pembudidayaan tanaman kakao tidak sesuai paling tidak
kita bisa memanipulasi lingkungan dengan pemeliharaan yang baik. Semoga laporan
ini berguan bagi yang akan melaksanakan praktikum berikutnya. Semoga sukses.



 



 



 



 



 



 



 



 



 



DAFTAR PUSTAKA



Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004. Statistik Perkebunan
Indonesia 2001-2003, Kakao. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan,
Jakarta.



International Cocoa Organization (ICCO), 2003. Quarterly Bulletin of Cocoa
Statistics. Vol: XXIX (2)



International Cocoa Organization (ICCO), 2003a. Quarterly Bulletin of Cocoa
Statistics. Vol: XXIX (4)



Roesmanto, J., 1991. Kakao: Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta
, 165p.



Sulistyowati, E. A.A. Prawoto, S. Wardani , dan H. Winarno. 1995. Laporan
Kunjungan Kaji Banding Pengendalian Hama Penggerek Buah kakao di Malaysia .
Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Vol. 11, No. 1: 45-51.



 



 



 



 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

penyakit tanaman

  KOTA PUTUSIBAU KOTA IMPIANKU BUDIDAYA DAN TUMBUH-TUMBUHAN SERTA LAPORAN TUGAS abcd hubungi saya amaryllis anggrek anglaonema Asrama politeknik tonggak equ... bab1 kelapa sawit bawang merah III. MEMBUKA KEBUN inpara dan inpari inpara, inpari, ciherang dan ... Jahe kakao Jenis komoditi kakao ketik di sini -lambertus ahen 03/10/09 21:58   http://lambertusahen.blogspot.com PENYAKIT TANAMAN  KUBIS PLANT DISEASE SPROUTS OLEH : LAMBERTUS AHEN BY: Lambertus AHEN NIM : B0732009 NIM: B0732009 BUDIDAYA  TANAMAN PANGAN FOOD CROPS CULTIVATION LATAR BELAKANG BACKGROUND Kubis , kol , kobis , atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Cabbage, cabbage, kobis, or kobis round is the name given to plants popular leaf vegetable. Tumbuhan dengan nama ilmiah Brassica oleracea Plants by scientific name Brassica oleracea L . Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. L. The group is utilized capitata leaves to

Salinan kopi

CHAPTER I INTRODUCTION 1. Background Coffee plants are very familiar plants in the garden area of rural population in Indonesia. If the potential of this powerful we can use it is not difficult to make these commodities become a mainstay in the plantation sector. Just need a little touch of the right technical cultivation, shall we optimistically hope into reality. Coffee is one of the plantation commodity that has a real contribution in the national economy, that is as foreign exchange earners, farmers' income sources, producing industrial raw materials, job creation and regional development. Of the total area of 1302 million hectares in 2005, most (95.96%) worked in the form of smallholders and the remainder (4.04%) worked in the form of large estates. Position indicates that the role of farmers in the development of national economy is still quite dominant. Planting coffee grown mostly Robusta covering 1,191,557 ha (91.5%) and Arabica coffee area of 110,486 ha (8.95%) (